kata orang healing terbaik adalah meluapkan seluruh perasaannya, pergi liburan yang jauh atau bercerita dengan orang lain, pertanyaannya aku harus cerita ke siapa??
Sering kali jika aku ingin bercerita kepada orang tuaku mereka akan langusng menimpali bahkan akan menotong ceritaku dan balik berkeluh kesah. Hal lain jika aku cerita ke temanku kira-kira apa mereka mau mendengarku, jika iya apa mereka peduli? jika peduli apa mereka akan menjaga ceritaku? jika mereka bisa menjaganya apakah mereka tidak keberatan jika aku membagi beban pikiranku kepada mereka? jika iya apa aku tidak akan menambah beban pikirannya? satu yang aku pikir lagi, temanku atau orang lain mungkin punya beban yang lebih berat dari punyaku mereka juga butuh didengar bukan ditambah dengan masalahku. iya kan? jangan sampai malah adu nasib atau berebut siapa yang paling sengsara!
Jika menulis bisa melegahkan pikiranku boleh aku menulis di sini? harapku semoga orang yang ku kenal tidak membacanya agar mereka tetap tau jika aku baik-baik saja.
Perkenalkan aku anak ke dua dari empat bersaudara, kakaku belum menikah juga belum bekerja, katanya dia tidak mau bekerja karena akan melelahkan. Satu adekku tidak mau bicara kata dokter dia mengalami trauma akibat pertengkarang kedua orang tuaku yang sering terjadi ketika kami masih kecil. adikku yang lain masih sekolah, dia anak bontot yang mendapat semua keinginannya dengan mudah. Sebenarnya masalah utama keluargaku adalah soal keuangan ditambah lagi midset orang tuaku yang tidak mau berkembang dan pasrah pada keadaan.
Sedari kecil rasanya aku sudah dibiasakan untuk mendengar bukan di dengar, jadi aneh rasanya kalau aku menceritakan kesulitanku pada orang lain. oiya aku juga sudah terbiasa untuk mengalah karena aku harus penuhi apa yang kakakku inginkan atau adik-adik suka terlebih dahulu baru aku, aku juga dibiasakan untuk mencukupi kebutuhan orang lain atau membahagiakan orang lain, sudah dibiasakan dewasa padahal aku juga ingin bebas hidup untuk diriku, sudah dibiasakan mengolah keuangan keluarga yang minim atau membantu memenuhi kebutuhan keluargaku karena aku merasa punya tanggaung jawab untuk itu. Ya plusnya soal budgeting aku sudah jago!
Sejak kecil aku sudah diajarkan dan diberikan tanggung jawab yang lebih besar dan lebih banyak dibandingkan saudaraku yang lain. Aku anak paling dewasa kan? paling mandiri dan kuat. Itu kata mereka. lalu bagaimana orang tuaku??
ayahku pedagang, sabar tidak pernah marah tapi tidak peduli dengan tanggug jawabnya untuk menafkahi kebutuhan rumah, ayah tidak pernah tau harga beras berapa, harga lauk berapa atau harga listrik berapa, beliau bekerja di warung kopi tapi tidak mau tau uangnya cukup untuk sehari-hari atau tidak.
lalu ibu ku?
beliau ibu rumah tangga, dulu beliau orang yang sabar dan kreatif karena suka bikin kue ini dan itu tapi sekarang hanya bisa marah kalau semuanya tidak cukup, kurang uang, beras habis atau belum bisa membeli apa yang dia inginkan. Kata beliau urusan keuangan harusnya tanggung jawab ayah bukan ibu. titik!
Next question apakah beliau berdua pernah mengusahakan yang lain untuk mendapatkan penghasilan tambahan? tentu tidak, tidak pernah! lalu apakah pernah menuntut sesuatu kepada kakakku yang lebih tua untuk membantu keuangan keluarga?? jawabya tidak pernah!
kenapa? karena beliau berpikir kakakku belum mampu untuk membantu mereka dan itu berlangsung hingga umurnya lebih dari 30 tahun. Apa salah? aku tidak tau, yang ku pahami rasa cinta mereka yang terlalu besar membuatnya menjadi seperti ini. Lalu apa orang tua ku tidak mencintaiku? jelas mereka juga menyayangiku hanya caranya berbeda.
Orang tuaku tidak akan meminta kakak atau adikku mencuci bajunya, mencuci piring mereka setelah makan, merapikan tempat tidur apalagi meminta mereka menghasilkan uang tentu tidak. Lalu diriku?? sebenarnya juga tidak pernah, NAMUN mereka akan melanpiaskan rasa kesalnya, capeknya, amarahnya atau ketidakmampuannya kepadaku, ya hanya padaku! pernah sebulan lebih ibu tidak mau menyapaku hanya karena aku mengutarakan perasaanku atau menanyakan kenapa apa dibedakan. Tapi sampai kini beliau tidak menjawab, itulah yang membuatku terbiasa mengambil alih semua pekerjaan rumah agar aku tidak didamkan, agar kami bisa hidup agak tenang, atau agar ibuku tidak randomly teriak-teriak atau agar ayahku tidak kena marah terus.
Aku bukan anak tiri tapi kadang merasa di anak tirikan, katanya aku paling mandiri jadi aku bisa memenuhi kebutuhanku sendiri dan mengusahakan apa yang aku inginkan sendiri, berbeda dengan saudara-saudaraku yang masih menbutuhkan bantuan orang tuaku untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Lalu jika ada penghargaan di dunia ini tentang keluar termalas maka keluargaku bisa mendapat nominasinya, keluargaku adalah keluarga yang unik dan paling malas berkembang atau malas sekedar bangun pagi. Namun aku berbeda, sedari kecil Aku dibiasakan bangun pagi dan pergi belanja agar keluargaku bisa makan. Pasalnya jika aku tidak membantu mereka belanja dan membuka warung kopi kami di pagi hari maka kami tidak mendapat pelanggan dan uang untuk belanja.
aku juga diajarkan untuk berkompetisi dengan diriku sendiri. Belajar dengan tekun dan dapat rangking hanya agar orang tuaku mengakui ku, Ya aku selalu dibandingkan dengan kakakku yang punya tubuh tinggi semampai, paras cantik dan suara merdu,yang ku bisa hanya belajar agar orang tuaku tau kalau aku pintar dan itu tidak dimmiliki saudaraku yg lain, aku bersyukur untuk itu.
bagaimana kalau kamu mencari pekerjaan lain sehingga keluargaku medapat uang tambahan? iya aku sudah melalukannya tapi saat aku bekerja rutinitas dipagi hari masih berulang, jadi sebelum pergi ke kantor aku harus tetap membantu orang tua ku di warungdan menyiapkan masakan untuk kita makan hari itu.
Selanjutnya bagaimana kalau kamu kerja ke luar kota jadi bisa fokus untuk dirimu sendiri? itu juga sudah pernah terjadi, tapi saat ku tinggal kedua orang tuaku sakit dan memintaku untuk pulang. bisa aku egois? sebenarnya aku tidak marah lagi dengan orang tuaku hanya saja rasa kecewa yang sudah coba ku hapus tanpa sadar mereka tulis dengan tinta yang lebih tebal.
Hingga tulisan ini dibuat aku berpikir sampai kapan aku harus hidup untuk orang lain? aku ingin mementingkan diriku juga tapi susah rasanya karena belum terbiasa. jika ada yang mengajari caranya untuk egois mungkin aku akan mempelajarinya dengan tekun walau akan sulit di praktekkan.
Yang jelas aku ingin mengejar mimpiku tapi rasanya ada tali yang mengikatku untuk kembali. Lelah.. sempat ku mencari bagaimana caranya aku membahagiakan diriku, apa membahagiakan orang lain membuatku bahagia? mungkin iya tapi akan sungguh melelahkan, aku juga sudah mencari apa sebenarnya kebahagian itu? semakin ku cari, semakin habis waktu untuk tenggelan dalam pikiranku yang tidak berujung, tapi belum lama kutemukan jawaban yang pas untuk keadaanku yaitu tentang penerimaan, aku menerima ayah dan ibuku sebagai orang tuaku, aku menerima saudara-saudaraku sebagai siapa mereka, dan aku menerima keadaanku. Lagi, tapi aku tidak bisa menyerah untuk mengubah nasibku.
Bismillahirahman nirrahim Allah tahun ini aku akan mengejar cita-citaku untuk kuliah lagi atau karir yang aku impikan, mampukan aku, siapkan aku dan beri aku keberanian untuk keluar dari lingkungan yang membatasi langkahku.
Pesanku untuk para orang tua :
- percayalah dengan anak-anak kalian, kalau kalian ingin anak kalian berjalan maka biarkan ia merangkak dan jatuh, jangan di puk puk terus
- jangan batasi anak kalian karena ketakukan kalian
- jika kalian tidak bisa support anak-anak kalian dengan financial tolong jangan jatuhkan mentalnya
- jika kalian belum bisa berlaku adil setidaknya jangan membandingkan atau mengatakan hal baik tentang anak satu ke anak yang lainnya, jangan membandingkan anak apalagi mengatakan menjelekkan anak satu ke yang lainnya
- jika kalian marah pada pasangan kalian tolong jangan utarakan secara jujur di depan pasangan kalian jangan lampiasakan pada anak- anak
Comments
Post a Comment